Rabu, 11 Mei 2011

Pemeriksaan Fisik 1

PEMERIKSAAN FISIK 1


II.1      Tujuan Pemerksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah
1.      Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2.      Untuk menambah, mengonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3.      Untuk mengonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4.      Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan penatalaksanaannya.
5.      Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

II.2      Metode Pemeriksaan Fisik
1.      Head To Toe
2.      Per Sistem

II.3      Persiapan Pemeriksaan Fisik
·         Lingkungan
Pemeriksaan fisik memerlukan privasi. Kamar periksa yang berperalatan baik akan lebih disukai. Tetapi, di rumah sakit pemeriksaan biasanya terjadi di kamar klien, yang mungkin diperlukan tirai atau pembatas ruangan di sekitar tempat tidur. Di rumah, perawat dapat melakukan pemeriksaan di kamar tidur klien.
            Kamar periksa harus memiliki peralatan yang lengkap untuk semua prosedur yang diperlukan. Pencahayaan yang adekuat diperlukan untuk penerangan yang tepat terhadap bagian tubuh. Pencahayaan primer dapat berasal dari cahaya matahari atau cahaya buatan, selama cahaya tersebut cukup langsung memunculkan karakteristik kulit tanpa distorsi oleh bayangan. Idealnya kamar periksa harus kedap suara agar klien mersa nyaman mendiskusikan kondisi mereka. Perawat menghilangkan sumber kebisingan seperti televisi, radio, mengambil langkah untuk mencegah gangguan dari orang lain, dan memastikan bahwa kamar tersebut cukup hangat untuk kenyamanan klien.
·         Peralatan
Mencuci tangan dilakukan sebelum menyiapkan alat dan pemeriksaan. Mencuci tangan mengurangi perpindahan kuman. Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan harus bersih, siap pakai, dan di atur sedemikian rupa untuk mempermudah penggunaan. Jika tepat, alat tersebut harus dijaga agar tetap hangat. Diafragma stetoskop dapat diusap-usap di antara tangan sebelum ditempelkan ke kulit. Spekulum vagina harus dialiri air hangat. Semua alat harus diperiksa untuk mengetahui ketepatan fungsinya. Oftalmoskop dan otoskop memerlukan baterai dan bola lampu yang baik.

Peralatan dan Bahan untuk Pemeriksaan Fisik
Ø  Lidi kapas
Ø  Cytobrus
Ø  Bantalan sekali pakai
Ø  Selimut
Ø  Bagan mata (mis. Snellen chart)
Ø  Senter dan lampu sorot
Ø  Formulir (mis. Fisik laboratorium)
Ø  Sarung tangan (bersih atau steril)
Ø  Skort untuk klien
Ø  Pelumas larut air
Ø  Oftalmoskop
Ø  Otoskop
Ø  Slied untuk Papanicolaou smear
Ø  Handuk kertas
Ø  Palu perkusi
Ø  Penggaris
Ø  Pin pengaman
Ø  Skala dengan meteran pengukur tinggi
Ø  Wadah spesimen dan slide mikrosop
Ø  Spigmomanometer dan manset
Ø  Stetoskop
Ø  Forsep swab atau spon
Ø  Pita meteran
Ø  Termometer
Ø  Tisu
Ø  Spatel lidah
Ø  Garpu tala
Ø  Spekulum vagina
Ø  Jam tangan dengan detik atau display digital
·         Klien
PERSIAPAN FISIK
Kenyamanan fisik klien merupakan hal penting bagi keberhasilan pemeriksaan. Sebelum memulai, perawat menanyakan apakah klien perlu ke toilet terlebih dahulu. Kandung kemih dan usus yang kosong mempermudah pemeriksaan abdomen, genitalia, dan rektum dan memberikan kesempatan untuk menampung spesimen urine atau fekal.
            Persiapan fisik termasuk memastikan bahwa klien sudah diberi pakaian dan selimut yang tepat. Klien di rumah sakit cenderung hanya menggunakan skort sederhsns.
            Untuk klien rawat jalan, instruksikan klien untuk membuka pakaian dan memakai skort penutup yang tipis. Jika pemeriksaan terbatas pada sistem tubuh tertentu, maka klien tidak perlu membuka semua pakaiannya. Klien harus memiliki privasi ketika membuka pakaian dan memiliki banyak waktu untuk menyelesaikannya. Masuk ke ruangan pada saat klien membuka pakaian akan menyebabkan rasa malu. Selimut dan skort terbuat dari linen atau kertas sekali pakai. Setelah klien membuka pakaian dan memakai skort, mereka harus duduk atau berbaring di atas meja periksa dengan selimut di pangkuan atau ekstremitas bawah. Pemeriksa memastikan bahwa klien tetap hangat dengan mencegah angin, mengatur suhu ruangan, dan memberi selimut hangat. Klien dengan penyakit virus atau lansia lebih rentan terhadapmenggigil. Perawat harus menanyakan apakah klien merasa nyaman. Klien dapat menjadi lebih rileks jika diberi bantal, sesesap air atau tisu.
PERSIAPAN PSIKOLOGIS
Klien mudah merasa malu jika dipaksa menjawab pertanyaan yang sensitif tentang fungsi tubuh atau ketika bagian tubuh dipajankan dan diperiksa. Kemungkinan pemeriksa akan menemukan sesuatau yang abnormal juga menimbulkan kecemasan, sehingga menurunkan kecemasan ini merupakan prioritas tertinggi perawat sebelum melakukan pemeriksaan. Sikap yang kaku dan formal dapat menghambat kemampuan klien untuk berkomunikasi, tetapi gaya yang terlalu biasa juga menghambat munculny keyakinan (Seidel et al, 1995). Penjelasan yang menyeluruh membuat klien tau apa yang akan dilakukan sehingga mereka dapat bekerja sama. Perawat menjelaskan terlebih dahulu dengan istilah umum.

            II.4      Keadaan atau Penampilan Umum Pasien
Pengkajian tampilan umum dan perilaku dimulai pada saat perawat mempersiapkan klien untuk pemeriksaan. Tinjauan tampilan umum dan perilaku mencakup hal-hal berikut:
1)      Jenis kelamin dan ras. Jenis kelamin seseorang mempengaruhi jenis pemeriksaan yang dilakukan dan cara pengkajian tersebut dilakukan. Gambaran fisik yang berbeda berkaitan dengan jenis kelamin dan ras. Penyakit tertentu lebih cenderung jenis kelamin atau ras tertentu.
2)      Usia. Usia mempengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan juga dipengaruhi oleh usia.
3)      Tanda distres. Terdapat tanda dan gejala distres nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan bernafas, atau kecemasan. Tanda tersebut membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih dahulu.
4)      Jenis tubuh. Perawat mengobservasi jika klien tampak ramping atau berotot, obesitas atau sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya hidup.
5)      Postur. Postur berdiri yang normal adalah berdiri tegak dengan kesejajaran paralel dari pinggul dan bahu. Postur duduk normal melibatkan beberapa derajat pemutaran bahu. Observasi apakah klien memiliki postur yang merosot, tegak, atau bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan atau adanya nyeri. Banyak lansia yang memiliki postur bungkuk, dengan pinggang dan lutut fleksi dan lengan menekuk pada bagian siku, meninggikan lengan.
6)      Gaya berjalan. Observasi klien yang berjalan menuju kamar atau di samping tempat tidur (jika pasien berambulasi). Perhatikan apakah gerakannya terkoordinasi atau tidak. Seseorang yang normal berjalan dengan mengayunkan kedua tangannya secara bebas di kedua sisi tubuh, dengan kepala dan wajah memimpin tubuh.
7)      Gerakan tubuh. Observasi apakah gerakan tersebut bertujuan dan apakah terdapat tremor yang melibatkan ekstremitas. Tentukan adakah bagian tubuh yang tidak bergerak.
8)      Higiene dan kerapian. Tingkat kebersihan klien dicatat dengan mengobservasi penampilan rambut, kulit, dan kuku jari. Observasi apakah pakaian pasien bersih. Kerapian dapat bergantung pada aktivitas yang dilakukan sesaat sebelum pemeriksaan dan juga pekerjaan klien.
9)      Bau badan. Bau badan yang tidak enak dapat terjadi karena latihan fisik, higiene yang buruk, atau patologi penyakit tertentu. Higine oral yang buruk dapat menyebabkan bau nafas.
10)  Bicara. Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami dan memiliki kecepatan sedang dan menunjukkan hubungan dengan pikiran seseorang. Catat apakah klien berbicara dengan cepat atau lambat. Kecepatan bicara abnormal dapat disebabkan oleh emosi atau kerusakan neurologik. Catat juga apakah klien berbicara dalam nada normaldengan perubahan kata-kata yang jelas.
Tanda-tanda vital
1.      Tekanan darah
2.      Suhu
3.      Pernafasan
4.      Denyut nadi

II.5      Pemeriksaan Kulit, Rambut, dan Kuku
õ  Pemeriksaan Kulit
 Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus, eczema, pucat, purpura, critema, macula, papula, vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembapan kulit, tekstur kulit, dan edema.
Penilaian warna kulit untuk mengtahui adanya pigmentasi dan kondisi normal yang dapat di sebabkan oleh melanin pada kulit.
           
Inspeksi kulit mengenai warna, jaringan perut, lesi dan kondisi vaskularisasi supervisial.
Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit, tekstur (halus, kasar) mobilitas/turgor dan adanya lesi.
õ  Pemeriksaan Rambut
 Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi, dan karakretristik rambut lainnya. Dalam keadaan normal, rambut menutupi semua bagian tubuh kecuali telapak tangan dan kaki, dan permukaan labia sebelah dalam.
Rambut yang kering, rapuh, dan kekurangan pigmen dapat menunjukkan adanya kekurang gizi. Rambut yang jarang atau tumbuh kurang subur dapat menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-lain.

Inspeksi dan palpasi rambut dan perhatikan jumlah, distribusi dan teksturnya.
õ  Pemeriksaan Kuku
 Pemeriksaan kuku dilakukan dengan mengadakan inpeksi terhadap  warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh (clubbed figers) dapat menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung. Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera, dafisiensi besi, atau infeksi.

Inspeksi dan palpasi kuku mengenai warna, bentuk, dan setiap ada ketidaknormalan/lesi.

II.6      Pemeriksaan Kepala dan Leher
 Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum, pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher.
õ  Kepala
Pemeriksaan ini menilai lingkar kepala. Lingkar kepala yang lebih besar dari normal, disebut makrosefali, biasanya dapat d temukan pada penyakit hydrocephalus. Sedangkan lingkar kepala yang kurang dari normal disebut mikrosefali. Pemeriksaan yang lain dilakukan pada ubun-ubun atau fontanel. Dalam keadaan normal, ubun-ubun berbentuk datar. Ubun-ubun besar menonjol dapat ditemukan pada keadaan tekanan intracranial meninggi dan ubun-ubun cekung dapat ditemukan pada kasus dehidrasi dan malnutrisi.
õ  Wajah
Pemeriksaan wajah menilai apakah wajah asimestris atau tidak. Wajah yang asimetris dapat d sebabkan oleh adanya paralisis fasialis, serta dapat menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
õ  Mata
            Pemeriksaan mata menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian  rangsangan cahaya (khusus pada umur neonatus).
Pemeriksaan mata yang lain adalah menilai apakah palpebra simetris atau tidak. Kelainan yang muncul antara lain ptosis, yaitu palpebra tidak dapat terbuka; lagoftalmos, yaitu kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna sehingga sebagian kornea tidak dilindungi oleh kelopak mata; pseudo lagoftamos ditandai dengan kedua belah mata tidak tertutup sempurna; dan hordeolum yang merupakan infeksi local pada palpebra.

Inspeksi           : bola mata (gerakan, medan penglihatan), kelopak mata (bentuk kelainan), konjungtiva, sclera, pupil (normal isokar)
Palpasi             : nyeri tekan, tekanan bola mata
õ  Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga bagian tengah, dan telinga bagian dalam. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan dengan pemerksaan daun telinga dan liang telinga dengan menetukan bentuk, besar, dan posisinya. Pemeriksaan liang telinga dapat dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksaan selajutnya adalah membrane timpani. Membran timpani yang normal bentuknya sedikit cekung dan mengkilat. Kemudian, dapat dilihat apakah terdapt ferporasi atau tidak. Pemeriksaan mastoid bertujuan untuk melihat adanya pembengkakan pada daerah mastoid. Pemeriksaan pendengaran di laksanakan dengan bantuan garputala untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan atau tidak.

Inspeksi           : ukuran,bentuk, warna, lesi, massa
Palpasi             : adanya nyeri
õ  Hidung
Pemeriksaan hidung bertujuan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung dan juga menentukan ada atau tidaknya epistaksis. Pemeriksaan yang dapat di gunakan adalah pemeriksaaan  rhinoskopi anrerior dan posterior.

Inspeksi           : warna, pembengkekan, kesimetrisan lubang hidung
Palpasi             : nyeri tekan
õ  Mulut
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya trismus, yaitu kesukaran membuka mulut; halitosis  yaitu bau mulut tidak sedap karena kurang d jaga kebersihannya; dan labioskisis; yaitu bibir yang tidak simetris. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai adanya edema atau tanda-tanda radang.
Pemriksaan lidah juga bertujuan untuk menilai apakah terjadi kelainan kogenital atau tidak. Keadaan yang dapat di temukan adalah makroglosia, yaitu lidah yang terlalu besar; mikroglosia yaitu lidah terlalu kecil; atau glosoptosis, yaitu tertarik ke belakang. Kemudian jug adapt di periksa ada atau tidaknya tremor dengan cara menjulurkan lidah.

Inspeksi : bentuk, warna, lesi, massa
õ  Faring
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat adanya hyperemia, edema, abses retrofariangeal, peritonsilar, atau lainnya. Edema faring umumnya d tandai dengan  mukosa yang pusat dan sembab dan pada  diferi dafat d tentukan dangan adanya bercak putih abu-abu yang sulit d angkat (pseudomembran).
õ  Laring
Pemeriksaan laring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan. Apabila di temukan obstruksi pada laring, maka suara mengalami stridor yang di sertai batuk dan serak. Pemeriksaan laring d lakukan dengan menggunakan alat laringoskop, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara d masukan ke dalam secara perlahan-lahan sementara lidah d tarik ke luar.
õ  Leher
Pemeriksaan leher bertujuan untuk menilai adanya tekanan vena jugularis. Pemeriksaan ini d lakukan dengan cara mengondisikan pasien dalam posisi telentang dengan dada dan kepala di angkat setinggi 15-30 derjat, Kemudian dicek apakah terdapat distensi pada vena jugularis.Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan untuk menilai ada atau tidak adanya massa dalam leher. Pada bayi, posisikan tubuh pada keadaan terlentang dan kelenjar tiroid di raba dari kedua sisi dengan jari-jari telujuk dan tengah, lalu perhatikan adanya pergerakan keatas tiroid apabila pasien menelan.
Inspeksi           : bentuk, warna kulit, pembengkakan, massa
Palpasi             : kelenjar tiroid

II.7      Pemeriksaan Dada dan Paru-Paru
Pada Pemeriksaan dada, yang perlu diketahui adalah garis atau batas di dada. Pemeriksaan dapat di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, atau auskulturasi. Dalam perikasaan dada, yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan, gerakan dada, adanya deformitas, penonjolah, pembengkakan, kelainan yang lain. Dada memiliki beberapa bentuk, diantaranya:
1.      Funnel chest, sternum bagian bawah serta iga masuk ke dalam, terutama saat inspirasi yang dapat di sebabkan oleh hifertrofi adenoid yang berat.
2.      Pigeon chest, atau sering di sebut dada burung, bagian sternum menonjol ke arah luar, dimana biasanya di sertai dengan defresi ventrikel pada daerah kostokodral. Kelainan ini dapat dilihat pada kasus osteoporosis.
3.      Barrel chest, dada berbentuk bulat seperti tong, sternum terdorong kearah depan dengan iga horizontal yang dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti asma, emfisema dan lain-lain.  
Pemeriksaan pada daerah dada yang lain meliputi pemeriksaan payudara, paru, dan jantung.
Inspeksi           :postur, bentuk dan kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit
Palpasi             :nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, tactil vremitus
Perkusi             :normal resonan (dug,dug), datar/pekak (tumor), hiperresonan (pneumotorak)
Auskultasi       :vaskuler(I>E), bronkovesikuler (I=E) di intercosta 1 dan 2 serta antara scapula, bronkeal(I

Payudara
            Pemeriksaan payudara pada anak dilakukan untuk mengtahui perkembngan atau kelainan payudara sebelum anak mengalami masa pubertas, misalnya untuk melihat ada atau tidaknya  ginekomastia pataologis atau galaktore. Sedangkan pemeriksaan pada orang dewasa untuk  menilai ada atau tidanya kanker payudara.
Paru
Pemeriksaan paru terdiri atas beberapa langkah, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskulturasi.
1.      Inspeksi, untuk melihat apakah terdapat kelainan patologis ataukah hanya fisiologis dengan melihat pengembangan paru saat bernapas.
2.      Palpasi, untuk menilai:
a.       Simetri atau asimetri dada yang dapat di peroleh dari adanya benjolan yang abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila, dan lain-lain.
b.   Adanya fremitus suara, merupakan getaran pada daerah toraks saat bicara atau menangis yang sama dalam kedua sisitoraks, penilaiannya apabila meninggi suaranya maka terjadi konsolidasi seperti pada pneumonia dan apabila menurun tejadi obstruksi, pleuritis, efusi pleura, tumor pada paru. Caranya dengan meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
c.   Adanya krepitasi sukutis, yaitu udara pada daerah bawah jaringan kulit, adanya krepitasi ini dapat terjadi spontan, setelah trauma atau tindakan trakeostomi, dan lain-lain.
3.  Perkusi , dapat di lakukan dengan cara langsung atau tidak langsung . Cara langsung dengan menetukan ujung jari atau jari telujuk langsung ke dinding dada, Sedangkan cara tidak langsung dengan cara meletakkan satu jari pada dinding dada dan mengetuk dengan jari tangan lainnya, dimulai dari atas ke bawah atau dari kanan ke kiri, lalu di bandingkan hasilnya. Hasil dari pemeriksaan ini adalah:
            a.         Sonor
            b.         Redup atau pekak suara perkusi
            c.         Hipersonor atau timpan
4. Auskultasi, untuk menilai suara napas dasar  dan suara napas tamabahan yang di lakukan di seluruh dada dan punggung.  Bandingan suara napas dari kanan atau ke kiri, kemudian dari bagian atas ke bawah, dan tekan daerah stetoskop dengan kuat. Khusus pada bayi, suara napasnya akan lebih keras karena dinding dada masih tipis.
Jantung
Pemeriksaan tahap jantung pertama kali di lakukan dengan cara inspeksi dan palpasi, kemudian perkusi dan auskultasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar